Kualitas
produk (product quality) didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh pelanggan
atas kebaikan kinerja barang atau jasa (Mowen dan Minor, 2002). Dalam
persaingan yang ketat seperti sekarang ini, perusahaan dituntut untuk
menawarkan produk yang berkualitas dan mempunyai nilai lebih, sehingga tampak
berbeda dengan produk pesaing. Kualitas merupakan salah satu faktor yang
menjadi pertimbangan pembeli sebelum membeli suatu produk. Perusahaan harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai
dengan harga yang ditawarkan ketika menjual produk maupun jasa di dalam
menjalankan suatu bisnis.
Peningkatan
kualitas produk atau jasa perlu terus dilakukan karena dapat membuat konsumen
merasa puas terhadap produk atau jasa yang mereka beli, dan akan mempengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Kualitas ditentukan oleh sekumpulan
kegunaan dan fungsinya, termasuk di dalamnya daya tahan, ketidaktergantungan
pada produk lain atau komponen lain, ekslusifitas kenyamanan, wujud luar
(warna, bentuk, pembungkusan, dan sebagainya) (T.Hani Handoko, 2000).
Dengan
kualitas yang baik dan terpercaya, maka sebuah produk akan mudah tertanam di
dalam benak konsumen, karena konsumen bersedia untuk membayar sejumlah uang
untuk membeli produk yang berkualitas. Menurut Tjiptono (2008) klasifikasi produk
bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud
tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama yaitu
barang dan jasa.
Ditinjau
dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:
·
Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable
Goods)
Barang
tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam
satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya adalah sabun, minuman, dan makanan
ringan, kapur tulis, gula, dan garam.
·
Barang Tahan Lama (Durable Goods)
Barang
tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan
banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun
atau lebih). Contohnya antara lain TV, lemari es, mobil, dan komputer.
Definisi
produk menurut Kotler & Armstrong (2008) adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau
konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Serta menurut
Tjiptono (1999) secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari
produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai
dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.
Kotler
& Armstrong (2006) berpendapat bahwa kualitas dan peningkatan produk
merupakan bagian yang penting dalam strategi pemasaran. Meskipun demikian,
hanya memfokuskan diri pada produk perusahaan akan membuat perusahaan kurang
memperhatikan faktor lainnya dalam pemasaran. Menurut Tjiptono (1997), barang
konsumsi adalah barang yang dibeli untuk dikonsumsi oleh konsumen akhir
sendiri.
Barang
konsumsi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu :
·
Convenience Goods
Barang
yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli),
dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat
kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya.
·
Shopping Goods
Barang-barang
yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen
diantara berbagai alternatif yang tersedia. Kriteria perbandingan tersebut
meliputi, mutu, harga, model, warna.
·
Specialty Goods
Barang-barang
yang memiliki karakteristik dan atau identifikasi merek yang unik dimana
sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
·
Unsought Goods
Merupakan
barang-barang yang tidak diketahui konsumen ataupun kalau sudah diketahui,
tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Mutu produk atau jasa
dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Definisi mutu yang berpusat pada
pelanggan sendiri adalah keseluruhan fitur dan sifat produk atau pelayanan yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
tersirat. Kita dapat mengatakan bahwa penjual telah menghasilkan mutu bila
produk atau pelayanan penjual tersebut memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
(Kotler, 2007).
Terdapat
kecenderungan bagi konsumen untuk memilih produk makanan yang berkualitas,
sesuai dengan selera dan keinginan serta memiliki harga yang relatif terjangkau
(Nabhan dan Kresnaini, 2005). Jika konsumen merasa cocok dengan suatu produk
dan produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, maka konsumen akan mengambil
keputusan untuk membeli produk tersebut terus
menerus (Nabhan dan Kresnaini, 2005). Untuk produk yang merupakan kebutuhan
pokok seperti makanan dan minuman, konsumen sangat mempertimbangkan kualitasnya
(Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani, 2001). Karena sangat berhubungan dengan
kesehatan manusia dan merupakan kebutuhan pokok, maka kualitas produk sangat
mempengaruhi pembeli dalam mengambil keputusan pembelian. Apabila kualitas
produk ditingkatkan, perilaku konsumen untuk melakukan pembelian juga akan
meningkat.
0 Komentar
Berkomentarlah dengan Sopan dan sesuai Pembahasan