Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter adalah Suatu proses pembilan langkah-langkah yang ditempuh oleh
penguasa moneter (Bank Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah
uang yang beredar dan daya beli uang agar tercipta kondisi perekonomian yang
stabil.
Kebijakan Moneter (moneter Policy)
memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi
makro. Pengambilan Kebijakan yang tepat akan Mampu
mempengaruhi Stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi,
penciptaan dan perluasaan kesempatan kerja dan
keseimbangan neraca pembayaran. Meskipun dalam
pelaksanaan sangat sulit mencapai semua
sasaran tersebut dalam waktu yang bersamaan. Bahkan antara sasaran
satu dengan sasaran lain sering kali berbenturan satu
sama yang lainnya.
Kebijakan
moneter Marupakan tanggung jawab dari bank sentral. Bank sentral menjadi lebaga
keuangan yang memiliki kewenagan penuh dalam pengambilan kebijakan moneter ini.
Melalui kebijakan moneter, bank sentral dapat menjaga kesetabilan perekonian secara
moneter. Keberhasilan suatu kebijakan moneter dapat di tinjau dari adanya
peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan neraca pembayaran.
Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter
Fungsi dari kebijkan moneter ini adalah
untuk mempertahankan atau menjaga kesetabilan perekonomian dan juga sekaligus
untuk mengendalikan tingkat harga yang ada di pasar.
Tujuan Pokok Kebijakan
Moneter yang juga merupakan tujuan tunggal bank
Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 23 Tahun 1999
Sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun
2004 mencapai dan memelihara Kestabilan nilai
Rupiah.
Dari sisi Bank Indonesia,
Pertimbangan Utama penerapan tujuan Tunggal didasarkan
pada keterkaitan sasaran tersebut sebagai
tujuan kebijakan moneter. Dalam Jangka Panjang, Kebijakan
moneter yang dapat dilakukan oleh suatu bank melalui sisi
permintaan hanya dapat mempengaruhi nilai nominal dari
uang, sedangkan aktivitas riil perekonomian ditentukan di sektor ril.
Dalam
menjaga kesetabilan perekonomian negara, kebijakan moneter selalu dikaitkan
dengan adanya jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Adanya hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat dengan jumlah uang yang beredar akan menentukan tingkat harga
tertentu. Terdapat kondisi dimana harga barang naik dan harga barang turun. Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian yang ada dalam
masyarakat. Jika harga barang secara umum mengalami kenaikan secara terus
meneruh maka akan terjadi inflasi.
Indikator Keberhasilan Kebijakan Moneter:
Keberhasilan dalam menjalankan dapat diketahui apabila dapat memenuhi tiga indikator diawah ini
· Peningkatan kesempatan kerja
Kesempatan
kerja akan meningkat apabila kondisi ekonomi yang stabil dimana jumlah uang
yang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa yang di butuhkan oleh
masayarakat.
· Kondisi seimbang antara jumlah barang dan jumlah uang beredar
Kondisi
seimbang antara jumlah barang dan jumlah uang beredar tersebut akan menarik
perhatian para investor untuk berinvestasi yang memungkinkan adanya penambahan
lapangan kerja baru yang dapat menampung para angkatan kerja
· posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran
Neraca
perdagangan dan neraca pembayaran akan membaik apabila terdapat peningkatan
jumlah barang ekspor ke luar negeri. Jumlah barang ekspor akan meningkat ketika
nilai mata uang dalam negari mengalami devaluasi terhadap mata uang luar
negari.
Kestabilan Harga Merupakan hal yang
sangat penting baik bagi kalangan rumah tangga terutama
masyarakat yang berpendapatan tetap, maupun bagi sector usaha.
Tingkat inflansi yang tinggi akan menyebabkan turunnya kemampuan
daya beli masyarakat.
Namun dari perspektif lain, seringkali
dikemukakan adanya trade off antara
inflasi di satu pihak dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di pihak
lain di mana jika ingin menikmati pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja,
maka kepentingan inflasi harus sedikit dikorbankan, demikian pula sebaliknya.
Dalam hubungan ini, kebijakan moneter
yang hanya terkonsentrasi pada pencapaian target inflasi
dikhawatirkan akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Kecenderungan pemerintah
yang selama ini lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta adanya suatu
kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih didorong oleh tingkat
konsumsi masyarakat, memberikan tantangan tersendiri bagi Bank Indonesia dalam
menjaga kestabilan harga dan mencapai target inflansi yang telah ditetapkan.
Dalam hubungan ini, pertanyaan yang
dapat diajukan adalah sejauh mana target inflasi yang telah ditetapkan memperhitungkan
dua pilihan tersebut. Dalam manajemen perekonomian secara makro. seringkali
pilihan kebijakan yang ditawarkan terbatas pada kebijakan ekonomi makro jangka
pendek yang dapat meningkatkan permintaan agregat.
Hal ini terjadi karena kebijakan
ekonomi yang bersifat jangka pendek lebih menarik perhatian sebab hasil yang
diperoleh dapat dinikmati lebih cepat.
Atas pandangan ini, pendukung sasaran
tunggal inflasi cenderung menyimpulkan bahwa trede off yang
mungkin terjadi hanya akan berlaku dalam jangka pendek. Sementara dalam jangka
panjang, pencapaian kestabilan harga justru akan mendukung pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Oleh karena itu, gagasan untuk
menjadikan inflasi sebagai sasaran kebijakan moneter menjadi sangat relevan.
Dengan sasaran inflasi yang compatible, kebijakan moneter dapat diarahkan untuk
mempengaruhi permintaan agregat agar sejalan dengan kapasitas perekonomian dari
sisi suplai.
Meski dalam kebijakan moneter, inflasi merupakan sasaran akhir, namun dari
sudut pandang manajemen ekonomi makro yang lebih luas, pencapaian sasaran
inflasi oleh banlt sentral bukan dilihat sebagai sasaran akhir melainkan
sasaran antara (immediate target), yaitu sebagai indikator keberhasilan
penyelarasan permintaan dan penawaran agregat.