Harga
Dalam transaksi keuangan, adalah kebiasaan untuk penawaran harga dengan
cara lain. Contoh yang paling jelas adalah dalam harga pinjaman, ketika biaya
akan dinyatakan sebagai persentase tingkat bunga. Jumlah bunga yang dibayarkan
tergantung pada jumlah pinjaman dan periode pinjaman. Contoh lain dapat
ditemukan dalam harga derivatif keuangan dan aset keuangan lainnya. Misalnya
harga inflasi terkait sekuritas pemerintah di beberapa negara dikutip sebagai
harga yang sebenarnya dibagi dengan faktor mewakili inflasi sejak keamanan
dikeluarkan.
Harga kadang-kadang mengacu pada kuantitas pembayaran yang diminta oleh
penjual barang atau jasa, bukan jumlah pembayaran akhirnya. Ini jumlah yang
diminta sering disebut harga meminta harga atau menjual, sedangkan pembayaran
yang sebenarnya dapat disebut harga transaksi atau harga diperdagangkan.
Demikian juga, harga tawaran atau harga beli adalah jumlah pembayaran yang
ditawarkan oleh pembeli barang atau jasa, walaupun berarti ini lebih umum di
pasar aset atau keuangan daripada di pasar konsumen.
Menurut Gilbert (2003) : Price is
the monetery value assigned by the seller to something purchased, sold or
offered for sale, or transactions by a buyer, as their willingness to pay for
the benefits the product and channel service delivers‖. Kutipan ini berarti
bahwa harga adalah nilai jual yang ditetapkan oleh penjual terhadap sesuatu
yang terbeli, terjual, ditawarkan atau transaksi oleh pembeli, berdasarkan pada
keinginan untuk membayar keuntungan produk.
Pada umumnya konsumen menyukai membeli pada toko eceran yang menawarkan
berbagai macam produk dengan harga yang bersaing atau dapat dikatakan murah,
minimal sesuai dengan produk yang hendak dikonsumsi. Harga secara implisit
mempunyai hubungan dengan kualitas. Kualitas produk yang baik akan dijual
dengan harga yang tinggi sedangkan produk dengan kualitas yang kurang baik akan
dijual dengan harga yang relatif rendah.
Dalam realitasnya, harga mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Harga memberikan pengaruh besar terhadap persepsi konsumen atas kualitas dan
kepuasan konsumen. Itulah sebabnya, pemasaran hendaknya realistis (pantas)
dalam menetapkan harga jual produk berikut layanannya.
Kesalahan menetapkan harga jual akan berdampak pada persepsi konsumen
yang kurang baik terhadap produk, layanan, dan nama perusahaan. Penetapan harga
yang rendah dapat mencerminkan kualitas yang kurang baik, sebaliknya penetapan
harga yang terlalu tinggi akan tidak memungkinkan konsumen untuk membelinya,
sehingga konsumen akan beralih kepada produk pesaing atau produk subtitusi (Shabastian and Samuel, 2013).
Dalam Price (harga) terkandung value, yang dikatakan bahwa mayoritas
konsumen yang mencari value letika mereka membeli sebuah produk, yaitu nilai
yang diperoleh didapat dari kualitas produk dan harga itu sendiri, sehingga
dapat menambah nilai dari image atau brand produk maupun nama perusahaan
tersebut (Gilbert, 2003). Jika seseorang konsumen percaya bahwa citra dan
kualitas dari sebuah produk itu baik, mereka akan berkeinginan untuk membuat
pengorbanan yang besar untuk membeli produk tersebut.
Untuk mendapatkan citra (image) yang dibentuk dengan baik dibenak
konsumen, dan menarik minat konsumen, terkadang perusahaan melakukan beberapa
metode dimana tujuan dari pihak perusahaan tersebut untuk mendapatkan kesetiaan
dari konsumen, salah satu metode tersebut adalah discount and allowence (diskon
dan potongan harga). Perusahaan dalam menetapkan diskon dan potongan harga akam
menyesuaikan daftar harga mereka dan memberikan doskon serta potongan untuk
setiap pembayaraan yang lebih cepat, pembelian dalm jumlah besar dan pembelian
di luar musim (Tjiptono, 2004).
Shabastian, M. and Samuel, H. (2013) ‘Pengaruh Strategi Harga
dan Strategi Produk Terhadap Brand Loyalty di Tator Café Surabaya Town Square’,
Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(1), pp. 1–9.
0 Komentar
Berkomentarlah dengan Sopan dan sesuai Pembahasan