Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien
secara makro adalah nilai output
nasional yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab
besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal penting dalam sebuah
perekonomian.
Pertama,
besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa
efisien sumber daya yang ada dalam
perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan)
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar
pendapatan nasional suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya
ekonominya.
Kedua, besarnya output
nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran
suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat
kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional
dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output
perkapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tentang produktivitas rata rata adalah output per
tenaga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi produktivitasnya tenaga.
Ketiga, besarnya output
nasional merupakan gambaran awal tentang masalah masalah structural (mendasar)
yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati
oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masala
dengan distribusi pendapatanya. Jika sebagian besar output nasional berasal
dari sector pertanian (ekstraktif),
maka perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur
produksi. Dalam arti, perekonomian harus segera memoderenisasi diri, dengan
memperkuat industrinya, agar ada keseimbangan konstribusi antara sector industry yang dianggap sebagai sector
ekonomi modern.
Itu sebabnya perhitungan output nasional, yang lebih dikenal
sebagai pendapatan nasioanal, merupakan pokok pembahasan awal dalam teori
ekonomi makro. Tanpa memiliki pemahaman yang benar tentang konsep pendapatan
nasioanal, kita tidak akan mungkin melakukan diskusi/pembahasan tentang model
model ekonomi makro. Apalagi tentang analisis kebijakannya. Istilah yang paling
sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah produk domestic Bruto (PDB)
atau Gross
Domestic product (GDP).
Istilah tersebut merujuk pada pengertian:
· “Nilai barang dan jasa
akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam
satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan factor factor produksi yang
berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut”
· “The total market value of all final goods and services
produced within a given period, by factors of production located within a
country”(Case & Fair, 1996)
Tercakup dalam definisi diatas adalah:
1. Produk dan jasa akhir, dalam pengertian barang dan jasa yang dihitung dalam PDB
adalah barang dan jasa yang digunakan pemakai terakhir (untuk konsumsi)
2. Harga pasar, yang menunjukan bahwa nilai output nasional tersebut
dihitung berdasarkan tingkat harga yang berlaku pada periode yang bersangkutan.
3. Faktor factor produksi yang berlokasi dinegara yang bersangkutan, dalam
arti perhitungan PDB tidak
mempertimbangkan asal factor produksi (milik perekonomian atau milik asing)
yang digunakan dalam menghasilkan output.
Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara
menghitungnya dan masalah masalah apa yang timbul dari cara perhitungan
tersebut. Mengingat konteks kegiatan yang dianalisis dalam teori ekonomi makro
lebih luas dan kompleks disbanding dalam teori ekonomi mikronya. Maka ada dua
langkah yang harus dilakukan sebelum mampu menghitung PDB.
· Langkah Pertama, adalah pemahaman tentang siklus aliran pendapatan dan
pengeluaran dalam konteks makro.
· Langkah kedua, adalah bagaimana (lewat pasar pasar apa saja) para pelaku
ekonomi berinteraksi.